v TERMOKIMIA
1.
Asas Kekekalan Energi:
Hukum Termodinamika I: Energi tidak dapat dimusnahkan
atau diciptakan,
energi alam semesta adalah kekal dan hanya dapat
berpindah dari satu
wujud ke wujud lainnya.
2. Reaksi eksoterm yaitu reaksi yang melepaskan kalor dari sistem ke
lingkungan.
3. Reaksi endoterm yaitu reaksi yang menerima atau menyerap kalor dari
lingkungan ke sistem.
4. Sistem adalah zat yang ada dalam wadah yang kita amati.
5. Lingkungan adalah batas dari suatu sistem.
6. Entalpi standar (H) adalah energi yang terkandung dalam suatu
zat pada
tekanan yang tetap.
7. Perubahan entalpi standar (∆H) adalah perubahan panas atau
kalor yang
menyertai perubahan kimia pada tekanan tetap. ∆H =
H2 – H1.
8. Penulisan kalor reaksi dengan menggunakan harga ∆H.
Reaksi eksoterm memiliki ∆H negatif.
Reaksi endoterm memiliki ∆H positif.
9. Satuan energi yang sering dipakai adalah kalori atau joule.
10. Perubahan entalpi standar pembentukan standar (∆Hf°),
adalah kalor yang dilepaskan atau diserap (perubahan entalpi standar) pada
pembentukan 1 mol senyawa dari unsur-unsurnya pada reaksi yang dilakukan pada
suhu 25 °C dan tekanan 1 atm atau pada keadaan standar.
11. Perubahan entalpi penguraian standar (∆Hd°). Reaksi
penguraian adalah kebalikan dari reaksi pembentukan, jadi entalpi standar
perubahan penguraian suatu senyawa sama dengan entalpi standar pembentukan
dengan perubahan tanda yang berlawanan.
12. Perubahan entalpi pembakaran standar (∆Hc°),
adalah perubahan entalpi standar pada pembakaran sempurna 1 mol suatu zat yang
diukur pada 298 K (25 °C) dan 1 atm.
13. Penentuan kalor reaksi:
Untuk menentukan jumlah kalor yang diserap secara
matematika dapat digunakan rumus:
Q = m x c x ∆t
Alat percobaan yang digunakan untuk menentukan kalor
disebut kalorimeter.
14. Hukum Hess atau H penjumlahan kalor:
Perubahan entalpi standar reaksi hanya tergantung pada
keadaan awal dan keadaan akhir sistem dan tidak tergantung pada jalannya
reaksi.
15. Harga ∆H reaksi dapat dihitung dengan menggunakan data-data
entalpi standar pembentukan.
∆H = ∑∆Hf° produk – ∑∆Hf°
reaktan
16. Energi ikatan adalah energi yang diperlukan untuk memutuskan ikatan
kimia dalam 1 mol senyawa berwujud gas menjadi atom-atom gas pada keadaan standar.
17. Menghitung ∆H reaksi berdasarkan data energi ikatan:
∆H = ∑∆H pemutusan ikatan – ∑∆αH pembentukan
ikatan
v LAJU REAKSI
1. Laju reaksi adalah laju perubahan konsentrasi pereaksi atau produk.
Kita dapat mendefinisikan laju reaksi dalam bentuk perubahan konsentrasi setiap
pereaksi atau produk, dan kita dapat menghubungkan berbagai definisi ini melalui
stoikiometri reaksi.
2. Hukum laju adalah suatu persamaan yang menunjukkan hubungan antara laju
reaksi tertentu dengan konsentrasi pereaksinya. Umumnya, hukum laju berbentuk
r = k [X]a
[Y]b [Z]c
k adalah
tetapan laju, [X], [Y], [Z] adalah konsentrasi pereaksi, dan a, b, c
adalah orde reaksi.
3. a. Orde reaksi merupakan jumlah keseluruhan orde pereaksi, yang dapat
berharga 0, 1, 2, dan pecahan atau negatif.
b. Orde reaksi tidak ada hubungan dengan koefisien stoikiometri
pereaksi.
4. Mekanisme reaksi adalah urutan kejadian molekuler yang menghasilkan perubahan
kimia secara keseluruhan. Tahap-tahap mekanisme dinamakan reaksi elementer yang
orde kinetiknya cocok dengan kemolekularitasannya.
5. Tahap reaksi elementer dalam mekanisme reaksi yang menentukan laju reaksi
adalah tahap yang paling lambat. Dengan kata lain, tahap paling lambat adalah
tahap penentu laju reaksi.
6. Laju reaksi dalam sistem heterogen bergantung pada luas permukaan
antara dua fase yang bersentuhan.
7. Katalis meningkatkan laju reaksi tanpa turut bereaksi. Konsentrasi
katalis dalam sistem homogen diperhitungkan dalam persamaan laju. Dalam system heterogen,
atau permukaan katalis, katalis berbeda fase dengan pereaksi.
8. Katalis homogen melakukan pengaruh kinetiknya dengan cara mengubah tahap
penentu laju dalam mekanisme reaksi menjadi lebih cepat, dan pada akhir reaksi
katalis diperoleh kembali.
9. Dalam katalis heterogen, molekul pereaksi diserap secara kimiawi pada
pusat aktif di permukaan katalis, selanjutnya molekul bereaksi dan produk
reaksi berdifusi dari permukaan.
v KESETIMBANGAN KIMIA
1. Reaksi irreversible adalah reaksi yang berlangsung satu arah
atau tidak dapat balik.
2. Reaksi reversible adalah reaksi yang berlangsung bolak-bolik.
3. Keadaan kesetimbangan
Kecepatan reaksi pembentukan zat-zat produk sama
dengan kecepatan reaksi pembentukan zat-zat reaktan.
4. Kesetimbangan dinamis:
Reaksi berlangsung terus-menerus dari dua arah yang
berlawanan, tidak terjadi perubahan makroskopis melainkan selalu terjadi
perubahan mikroskopis dan dicapai pada sistem tertutup.
5. Beberapa pengaruh yang dapat mengganggu letak kesetimbangan adalah perubahan
konsentrasi, perubahan tekanan, perubahan volume, dan perubahan suhu.
6. Menurut asas Le Chatelier:
Faktor-faktor yang dapat memengaruhi kesetimbangan
adalah perubahan konsentrasi, suhu, tekanan, atau volume. Perubahan ini
diungkapkan pertama kali oleh Le Chatelier.
7. Di industri kimia, banyak reaksi-reaksi kimia yang berada dalam
setimbang sehingga perlu dilakukan upaya-upaya untuk menggeser keadaan
kesetimbangan ke arah produk sebanyak-banyaknya melalui pengaturan suhu, tekanan,
dan katalis.
8. Tetapan kesetimbangan kimia adalah suatu nilai tetapan dari reaksi kesetimbangan
yang merupakan perbandingan konsentrasi produk terhadap konsentrasi pereaksi,
masing-masing dipangkatkan dengan koefisien reaksinya.
9. Harga tetapan kesetimbangan diperoleh dari hukum aksi massa.
Persamaannya dinamakan hukum kesetimbangan kimia. Harga tetapan kesetimbangan tetap
selama suhu reaksi tidak berubah.
10. Kesetimbangan kimia dalam sistem heterogen untuk zat padat murni
atau cairan murni tidak berubah, sehingga tidak memengaruhi nilai tetapan
kesetimbangan.
v HIDROLISIS GARAM
1. Hidrolisis adalah pemecahan senyawa kimia melalui
penambahan air.
2. Garam dari asam kuat dan basa kuat tidak
terhidrolisis.
3. Garam dari asam kuat dan basa lemah mengalami hidrolisis
sebagian (hidrolisis parsial).
4. Garam dari asam lemah dan basa kuat terhidrolisis
sebagian.
5. Garam dari asam lemah dan basa lemah terhidrolisis
total.
v KELARUTAN DAN HASIL KALI
KELARUTAN
1. Kelarutan suatu garam atau basa ditentukan oleh hasil kali
kelarutannya pada suhu tertentu, yaitu hasil kali konsentrasi ion-ionnya yang terdapat
dalam larutan jenuh.
2. Kelarutan suatu zat adalah jumlah maksimum zat itu yang dapat larut
dalam pelarut pada suhu tertentu. Semakin banyak jumlah ion yang terdapat dalam
larutan, semakin besar kelarutannya, berarti sukar mengendap.
3. Terbentuk atau tidaknya endapan dari campuran larutan elektrolit
bergantung pada hasil kali konsentrasi ion-ionnya.
[A+][B–] < Ksp,
larutan belum jenuh, tak terjadi endapan.
[A+][B–] = Ksp, larutan
tepat jenuh, tepat mulai terbentuk endapan.
[A+][B–] > Ksp,
larutan lewat jenuh, endapan semakin banyak.
4. Adanya ion sejenis dari zat-zat dalam kesetimbangan larutan
elektrolit yang sukar larut menyebabkan kelarutannya berkurang.







Tidak ada komentar:
Posting Komentar